Apa hubungan antara stres tinggi dan penyakit asam urat? Untuk menjawab pertanyaan ini, tampaknya perlu diketahui terlebih dahulu pemahaman mengenai penyakit asam urat ini. Siapa yang tak kenal penyakit asam urat atau yang dalam bahasa medisnya sering disebut dengan gout ? Penyakit ini biasanya menyerang sendi dan tendon tubuh manusia, dan mengakibatkan rasa nyeri yang luar biasa. Gangguan yang disebabkan oleh penyakit yang satu ini bisa berlangsung dalam hitungan jam bahkan hari. Rasa sakit yang ditimbulkan terjadi akibat timbunan kristal asam urat pada sendi. Sendi-sendi yang menjadi tempat mengkristalnya asam urat umumnya akan mengalami pembengkakan, mengkilap, terasa panas, dan berwarna semu merah. Sendi-sendi yang umumnya terserang, di antaranya jempol kaki, pergelangan kaki, jari kaki, lutut, tangan, pergelangan tangan, jari tangan, dan siku.
Secara alamiah, asam urat sebenarnya sudah ada di dalam tubuh setiap orang. Hanya saja jumlah dari asam urat tersebut rentan mengalami peningkatan, terutama jika dikaitkan dengan faktor dari luar, antara lain asupan makanan dan stres. Asam urat sendiri merupakan sisa metabolisme zat purin yang berasal dari makanan yang masuk ke dalam tubuh. Zat purin adalah kandungan alamiah dari bahan makanan, yang normal ada dalam tubuh manusia. Namun apabila jumlahnya berlebihan, maka akan memicu timbulnya penimbunan kristal asam urat pada sendi yang menjadi penyebab penyakit asam urat. Terkait dengan asupan makanan, maka salah satu tindakan pencegahannya adalah menghindari makanan yang banyak mengandung zat purin, seperti misalnya ikan hering, ikan sardin, ikan teri, hati yang berasal dari semua jenis hewan, kaldu, daging jeroan, ikan tuna, ikan trout, lobster dan keluarganya, udang, kerang, dan minuman beralkohol.
Selain makanan, stres pun menjadi salah satu pemicu meningkatnya kadar asam urat dalam tubuh seseorang. Hubungan stres tinggi dengan penyakit asam urat ditengarai saling mempengaruhi. Tak aneh jika orang-orang yang berpotensi rentan peningkatan kadar asam urat dianjurkan untuk menjaga gaya hidupnya. Kombinasi antara gaya hidup yang buruk dengan tingginya potensi stres menjadi penyebab yang cukup
Tidak ada komentar:
Posting Komentar